Arogansi Remaja

          Kasus ‘anak SMA’ yang bersikap arogan terhadap aparat polisi, akhir-akhir ini sedang hangat dibicarakan. Sikap tersebut tentu tidak hanya dilakukan dia saja, banyak sekali anak-anak remaja jaman sekarang yang sudah hilang sikap hormat dan sopan santun terhadap orang lain. Tapi tentu ada banyak latar belakang yang membuat remaja-remaja di Indonesia bersikap seperti itu. Disini saya akan mencoba menelaah apa latar belakang yang mendorong remaja tersebut hilang sudah sikap hormat dan sopan santunnya. Disini saya tidak bermaksud menghakimi remaja tersebut, saya hanya mencoba membagi pikiran saya. Beberapa latar belakang tersebut yaitu:

1.  Lingkungan dan pendidikan dari keluarga
          Sejak manusia lahir, lingkungan pertama yang dikenalnya adalah keluarga. Anak akan belajar   hal-hal kecil hingga hal besar dari keluarga. Apabila keluarganya kasar, maka anak tersebut bersikap sama seperti keluarganya. Bisa juga dari tekanan dari keluarga, seorang anak yang terpojok karena terus tertekan akan mencari kebebasan di luar rumah. Kadang kebebasan yang dia cari berdampak negatif maupun positif. Disaat anak tersebut mendapatkan kebebasannya namun ditegur oleh orang lain,  maka emosinya akan meledak keluar.
Faktor lainnya yaitu keadaan ekonomi keluarga. Seorang anak yang terlahir kaya (baca: saat lahir, orang tuanya kaya raya), apabila keluarganya tidak mencontohkan sikap rendah hati dan kesederhanaan, akan timbul sikap sombong pada si Anak karena memiliki segalanya dan bersikap ‘sok’ berkuasa serta berpikir semua orang akan tunduk padanya.

2. Pubertas
          Tak bisa dipungkiri, anak remaja umur 14 tahun ke atas adalah anak-anak pubertas atau biasa disebut anak ABG (anak baru gede). Dimana mereka mendapatkan hal-hal baru untuk mencari jati diri. Di masa pubertas ini, remaja memiliki emosi yang tidak stabil dan merasa selalu benar akan pemikiran yang mereka punya. Apabila dinasihati kerap kali melawan dan tidak mau mendengar. Apakah orang dewasa harus membiarkan saja remaja tumbuh tanpa nasihat? Tanpa doktrin? TIDAK. Se-nakal-nakalnya remaja, orang dewasa tidak boleh menyerah untuk menasihati dan mendoktrin remaja dengan hal-hal positif. Walaupun hanya masuk kuping kanan keluar kuping kiri, di saat-saat tenang  mereka nanti mereka akan mengingat nasihat tersebut dan merenunginya sehingga saat bersikap di luar nnti akan terhindar dari perbuatan negatif.


Itulah yang menurut saya faktor-faktor utama mengapa seorang remaja berperilaku arogan, dan kurang menghormati sekitarnya. 

Komentar